Pengertian filum rhodophyta (ganggang merah) dan filum chlorophyta (ganggang hijau)
1. Filum rhodophyta (ganggang merah)
Ganggang merah hidup di laut dalam, terutama di laut beriklim panas. Anggota kelompok ganggang ini juga dapat ditemukan di daerah pantai hingga kedalaman 100 meter. Ganggang merah multiseluler kebanyakan berbentuk lembaran sederhana dengan cabang-cabang halus seperti pita. Di dalam selnya terdapat pigmen klorofil a dan pigmen lainnya yang disebut fikobilin. Fikobilin adalah semacam pigmen yang terdiri atas fikoeritrin (pigmen merah) dan fikosianin (pigmen biru). Melalui pigmen tersebut gelombang cahaya yang masuk kedalam laut diserap, kemudian mentransfer energi cahaya ke klorofil untuk keperluan fotosintesis. Bentuk hasil proses fotosintesis disebut menyerupai glikogen yang bisa disebut tepung Floridean .
Pada tanggal merah, pigmen fikoeritrin lebih dominan daripada pigmen lainnya. Pigmen tersebut dapat menutupi warna hijau dari klorofil dan warna biru dari fikosianin. Itulah sebabnya tubuh ganggang ini tampak berwarna.
Ganggang merah dapat bereproduksi secara vegetatif dan generatif. Reproduksi vegetatifnya dilakukan dengan pembentukan spora yang tidak memiliki alat gerak. Spora tersebut bersifat haploid yang berasal dari talus ganggang diploid. Sephora dapat berpindah ke tempat lain dengan mengikuti arus air laut. Selanjutnya di tempat yang sesuai spora tersebut akan tumbuh menjadi ganggang baru.
Reproduksi generatifnya dilakukan dengan cara peleburan gamet jantan yang tidak memiliki alat gerak (spermatium) dan ovum. Hasil peleburan akan membentuk zigot yang diploid. Selanjutnya zigot akan tumbuh menjadi ganggang merah yang diploid. Beberapa jenis ganggang merah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, misalnya dibuat agar-agar. Di Indonesia bahan dasar pembuatan agar-agar berasal dari eucheuma spinosum, sedangkan di negara yang lautnya beriklim dingin bisa menggunakan gelidium dan gracilaria.
Jenis ganggang merah lainnya sering dianggap memiliki nilai komersial, karena dapat menghasilkan akar dan karagin. Agar banyak dimanfaatkan dalam ilmu mikrobiologi sebagai media untuk pertumbuhan bakteri dan jamur. Karagen merupakan material gelatin yang sering digunakan dalam pembuatan alat kosmetik,cat,es krim, dan bahan pembuat kue. Contoh ganggang merah yang dapat menghasilkan kedua macam zat tersebut adalah chondrus crispus dan gigartina mamilosa. Dalam ekosistem perairan, keberadaan ganggang merah dapat memberikan kontribusi dalam pembentukan batu karang. Hal tersebut dimungkinkan karena beberapa jenis ganggang merah mampu menyimpan kalsium karbonat di dalam jaringan tubuhnya.
2. Filum chlorophyta (ganggang hijau)
Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling banyak ditemukan di air tawar. Sebagian kecil ganggang hijau terutama yang berukuran besar di jumpa hidup di laut. Di dalam perairan ganggang hijau hidup sebagai Plankton dan perifiton. Plankton adalah makhluk hidup remix dalam air yang hidup melayang-layang sedangkan perifiton adalah makhluk hidup yang menempel pada tumbuhan air. Anggota kelompok ganggang ini juga ditemukan menempel pada pohon dan hewan, di Hamparan tanah yang lembab bahkan di hamparan salju.
Dalam kehidupannya ganggang hijau dapat bersimbiosis dengan jamur, tumbuhan dan hewan. Bentuk simbiosis ganggang hijau dengan jamur membentuk suatu kehidupan yang disebut liken. Ganggang hijau mempunyai pigmen hijau yang terhimpun dalam kloroplas. Bentuk kloroplas bermacam-macam tergantung pada jenis ganggang hijau. Misalnya bentuk mangkok, spiral, bulat atau berbentuk Bintang. Pada kloroplas suka ditemukan pirenoid dan Stigma. Pirenoid merupakan tempat pembentukan zat tepung, sedangkan stigma atau bintik mata adalah bagian yang sensitif terhadap cahaya. Stigma berguna untuk menuntun ganggang ke arah cahaya sehingga fotosintesis dapat terjadi. Ganggang hijau tidak selalu berwarna hijau karena beberapa anggotanya memiliki pigmen yang memberikan warna orange, merah atau warna karat. Ganggang hijau memiliki struktur tubuh yang beragam. Mereka ada berupa uniseluler dan multiseluler. Angka hijau menjadi penting karena leluhur ganggang hijau dipercaya sebagai asal mula semua tumbuhan darat. Ada beberapa alasan yang mendukung hipotesis bahwa tumbuhan daratan merupakan bentuk evolusi dari leluhur ganggang hijau yaitu sebagai berikut:
A. Ganggang hijau memiliki klorofil a dan b
B. Ganggang hijau memiliki dinding sel berupa selulosa
C. Ganggang hijau menyimpan makanan dalam bentuk zat tepung
Pada tanggal merah, pigmen fikoeritrin lebih dominan daripada pigmen lainnya. Pigmen tersebut dapat menutupi warna hijau dari klorofil dan warna biru dari fikosianin. Itulah sebabnya tubuh ganggang ini tampak berwarna.
Ganggang merah dapat bereproduksi secara vegetatif dan generatif. Reproduksi vegetatifnya dilakukan dengan pembentukan spora yang tidak memiliki alat gerak. Spora tersebut bersifat haploid yang berasal dari talus ganggang diploid. Sephora dapat berpindah ke tempat lain dengan mengikuti arus air laut. Selanjutnya di tempat yang sesuai spora tersebut akan tumbuh menjadi ganggang baru.
Reproduksi generatifnya dilakukan dengan cara peleburan gamet jantan yang tidak memiliki alat gerak (spermatium) dan ovum. Hasil peleburan akan membentuk zigot yang diploid. Selanjutnya zigot akan tumbuh menjadi ganggang merah yang diploid. Beberapa jenis ganggang merah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, misalnya dibuat agar-agar. Di Indonesia bahan dasar pembuatan agar-agar berasal dari eucheuma spinosum, sedangkan di negara yang lautnya beriklim dingin bisa menggunakan gelidium dan gracilaria.
Jenis ganggang merah lainnya sering dianggap memiliki nilai komersial, karena dapat menghasilkan akar dan karagin. Agar banyak dimanfaatkan dalam ilmu mikrobiologi sebagai media untuk pertumbuhan bakteri dan jamur. Karagen merupakan material gelatin yang sering digunakan dalam pembuatan alat kosmetik,cat,es krim, dan bahan pembuat kue. Contoh ganggang merah yang dapat menghasilkan kedua macam zat tersebut adalah chondrus crispus dan gigartina mamilosa. Dalam ekosistem perairan, keberadaan ganggang merah dapat memberikan kontribusi dalam pembentukan batu karang. Hal tersebut dimungkinkan karena beberapa jenis ganggang merah mampu menyimpan kalsium karbonat di dalam jaringan tubuhnya.
2. Filum chlorophyta (ganggang hijau)
Dalam kehidupannya ganggang hijau dapat bersimbiosis dengan jamur, tumbuhan dan hewan. Bentuk simbiosis ganggang hijau dengan jamur membentuk suatu kehidupan yang disebut liken. Ganggang hijau mempunyai pigmen hijau yang terhimpun dalam kloroplas. Bentuk kloroplas bermacam-macam tergantung pada jenis ganggang hijau. Misalnya bentuk mangkok, spiral, bulat atau berbentuk Bintang. Pada kloroplas suka ditemukan pirenoid dan Stigma. Pirenoid merupakan tempat pembentukan zat tepung, sedangkan stigma atau bintik mata adalah bagian yang sensitif terhadap cahaya. Stigma berguna untuk menuntun ganggang ke arah cahaya sehingga fotosintesis dapat terjadi. Ganggang hijau tidak selalu berwarna hijau karena beberapa anggotanya memiliki pigmen yang memberikan warna orange, merah atau warna karat. Ganggang hijau memiliki struktur tubuh yang beragam. Mereka ada berupa uniseluler dan multiseluler. Angka hijau menjadi penting karena leluhur ganggang hijau dipercaya sebagai asal mula semua tumbuhan darat. Ada beberapa alasan yang mendukung hipotesis bahwa tumbuhan daratan merupakan bentuk evolusi dari leluhur ganggang hijau yaitu sebagai berikut:
A. Ganggang hijau memiliki klorofil a dan b
B. Ganggang hijau memiliki dinding sel berupa selulosa
C. Ganggang hijau menyimpan makanan dalam bentuk zat tepung
0 Response to "Pengertian filum rhodophyta (ganggang merah) dan filum chlorophyta (ganggang hijau)"
Post a Comment