Penjelasan tentang keunikan gerak, kostum, dan iringan tari berpasangan/kelompok nusantara dalam konteks budaya masyarakat daerah setempat
Dimanapun kesenian merupakan salah satu perwujudan dari kebudayaan. Kesenian juga menjadi ajang kegiatan masyarakat dan selalu mempunyai peran tertentu. Ditinjau dalam konteks kemasyarakatan tampak bahwa jenis-jenis kesenian tertentu mempunyai kelompok-kelompok yang terbentuk. Sifat, gaya, dan fungsi tari biasanya tidak terlepas dari kebudayaan yang menghasilkan nya, karena tari memang merupakan salah satu pernyataan budaya. Perbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan bisa disebabkan oleh banyak hal seperti: lingkungan alam, perkembangan sejarah, sarana komunikasi dan temperamen manusianya, yang kesemuanya itu akan membentuk suatu Citra kebudayaan yang khas.
Perbedaan demikian tidak perlu dipermasalahkan, akan tetapi justru disyukuri karena merupakan anugerah dari Tuhan. Sebagai contoh gerak tari gaya Surakarta (solo) dianggap bersifat romantis, luwes, dan mendekati Feminine (menurut Rasul sendiri merasa indah dan biasa saja). Memang kalau dikaitkan dengan bentuk tari yang ditampilkan dengan anggapan itu, sebab hampir semua menceritakan tema percintaan. Beberapa Tari itu misalnya: Tari Gatotkaca gandrung, lambang sih, Tri Asmara, karonsih dan sejenisnya. Sementara ada pula orang yang menganggap ada memandang tari gaya Yogya terlalu kaku(menurut orang Jogja sendiri dianggap maskulin, gagah, kelaki-lakian).
Pandangan masing-masing etnis atau dalam wilayah yang lebih sempit (perorangan, kelompok dan kota) tentang bentuk tari lain wilayah budayanya tidak dapat dijadikan sebagai tolak ukur yang pasti. Sesuai sifat seni yang luas dan lentur maka bentuk penilaian terhadap suatu tari daerah juga harus bersifat lues dan lentur. Apalagi di dalam seni tidak dikenal istilah yang bersifat matematis benar dan salah, tetapi indah dan buruk. Oleh sebab itu langkah yang bijaksana adalah Biarkan saja segala sesuatu berjalan apa adanya asal berguna bagi komunitas atau etnis yang memiliki seni tari tersebut.
Beberapa peristiwa adat seperti upacara bersih desa, sedekah laut, sedekah bumi atau resepsi pernikahan, khitanan dan masih banyak yang belum disebutkan, merupakan pertanda bahwa Nusantara menyimpan kekayaan seni budaya sekaligus tari di dalamnya. Selain itu jangan pernah dilupakan bahwa falsafah hidup suatu etnis sangat mempengaruhi jalan pikiran dan penciptaan bentuk seni termasuk tari di dalamnya.
Salah satu contoh adalah falsafah hidup orang Bali. Sejarah budaya dan kepercayaan Bali mencatat adanya istilah kaja, dan kelod, yang diambil dari konsep arah mata angin di Bali. Kaja merupakan arah mata angin yang menuju ke gunung, sedangkan kelod arah mata angin yang menuju ke laut. Gunung bagi masyarakat Bali sebagai tempat bersemayamnya roh roh nenek moyang dan laut dipandang sebagai tempat bersemayamnya roh jahat. Di dalam konsep tata ruang pada bangunan pura di Bali berkaitan erat dengan konsep kosmologi agama Hindu Dharma yang menjelaskan bahwa dunia ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dunia atas yang disebut surga, Dunia Kedua adalah dunia Tengah yang disebut bhuwah,atau bhuwah loka, dan dunia yang ketiga adalah dunia bahwa yang disebut bhur loka, yang merupakan tempat tinggal roh-roh jahat yang disebut bhuta kala.
Sebenarnya pembagian dunia maka buka juga dibagi menjadi tiga ruang yakni jeroan, jaba tengah,dan jaba. Tari Wali termasuk tari paling sakral yang hanya ditonton oleh para dewa, sedangkan undangan hanya sebagai jamaah. Oleh sebab itu tarian ini hanya dipertunjukkan pada ruang yang paling dalam atau jeroan. Untuk kategori berbalik sifatnya agak sakral di Jaba tengah, dan yang terakhir adalah grup Bali Balian di Pura bagian luar atau disebut jaba yang berfungsi untuk hiburan masyarakat umum dan jenis tarian bersifat sekuler. Sesuai dengan namanya tari berpasangan kelompok tentu dilakukan lebih dari seorang penari. Sepatunya ada sedikit perbedaan pengertian antara tari berpasangan dengan tari kelompok. Tari berpasangan adalah suatu bentuk tari yang disajikan oleh sepasang penari, baik jenis kelamin pria maupun wanita yang bermusuhan lawan terhadap ban. Tari berkelompok dilakukan oleh sekelompok penari bisa terdiri dari beberapa pasangan yang menarikan bersama-sama atau beberapa penari tunggal yang Mari bersama-sama membentuk tari kelompok. Pengingat belum ada batasan yang tegas mengenai tari berpasangan atau kelompok maka uraian berikut ini membahas keunikan gerak, kostum, iringan tari berpasangan atau kelompok Nusantara, tanpa memperhitungkan pengertian jenis tari di atas.
0 Response to "Penjelasan tentang keunikan gerak, kostum, dan iringan tari berpasangan/kelompok nusantara dalam konteks budaya masyarakat daerah setempat"
Post a Comment